Nona Genit

Nona genit.
Tumit menjinjit.
Tas tangan dijepit.
Pesona selangit.

Pasang muka centil.
Jelalatan mata usil.
Senyum tengil.
Minta dijawil.

Nunggu macet.
Daripada mumet.
Pikiran jadi cupet.
Semua ruwet.

Nona genit.
Om – nya juga genit.
Lengan diapit.
“Capek Om? Mau dipijit?”

Tergagap senang.
Uban ngga lagi penghalang.
Nona genit girang.
Terbayang barang – barang.

Ga pake sulit.
Kulit ketemu kulit.
Singgasana berderit.
Kelakuan seperti demit.

Purna rasa.
Saatnya belanja.
Tunjuk sini sana.
Dompet lebar dibuka.

Nona genit.
Om – nya juga genit.
Pikir nakalnya cuma sak ndulit.
Lupa diri calon mayit.

Perempuan Itu.

Perempuan Itu

 

Diam tak mengeluh

Sujud bersimpuh

Sendiko dawuh

 

Masak

Macak

Manak

 

“Kamu belahan jiwaku, Kakang”

Bahkan tetap begitu

Meski kamu membelah rasa

 

“Kamu separuh nafasku, Kakang”

Bahkan selalu begitu

Meski kamu memaruh suka

 

Surga nunut neraka katut

“Aku bisa apa, Kakang?”